Selasa, 23 Agustus 2011

Untuk kali pertama, harga emas bertengger di atas US$ 1.900

61162_ilustrasi_emas_300_225

 

SINGAPURA. Kontrak harga emas masih terus melanjutkan reli hingga menembus rekor di atas US$ 1.900 per troy ounce. Kian memuncaknya kecemasan investor akan perekonomian global mendongkrak tingkat permintaan emas sebagai perlindungan kekayaan.


Salah satu bukti adanya perlambatan ekonomi dapat dilihat dari langkah Goldman Sachs Group Inc yang menurunkan prediksinya untuk pertumbuhan ekonomi AS pada 2011. Selain itu, Kanselir Jerman Angela Merkel berupaya menutup pintu bagi obligasi di kawasan Eropa dengan tujuan untuk memecahkan masalah krisis utang. Dia juga bilang tak akan membiarkan pasar finansial mendikte kebijakan.


Jika dilihat, kenaikan harga emas sudah berlangsung selama 11 tahun berturut-turut. Harga logam mulia ini sudah naik dua kali lipat sejak akhir 2008 seiring upaya pemerintah AS dan Eropa memerangi krisis utangnya. Tidak hanya itu, rendahnya biaya pinjaman AS membuat pamor emas sebagai lindung nilai atas inflasi kian bersinar.


"Investor sudah kehilangan kepercayaan dalam manajemen moneter. Emas sudah menjadi mata uang dalam 3.000 tahun dan akan tetap menjadi seperti itu," tutur Nick Barisheff dari Bullion Management Group Inc.


Catatan saja, pagi tadi, kontrak harga emas untuk pengantaran Desember naik 1,4% menjadi US$ 1.917,90 per troy ounce dan pada pukul 06.34 waktu Singapura, kontrak yang sama ditransaksikan di posisi US$ 1.911 per troy ounce di Comex, New York.
Harga emas sudah melonjak 34% pada tahun ini. Berbanding terbalik dengan MSCI All-Country World Index yang jatuh 12%.


Louise Yamada, managing director of Louise Yamada Technical Research Advisors LLC di New York meramal, harga emas akan mencapai US$ 2.000 pada akhir tahun ini dan terus menanjak pada tahun-tahun berikutnya.

 

Sumber :

http://investasi.kontan.co.id/v2/read/1314057717/75982/Untuk-kali-pertama-harga-emas-bertengger-di-atas-US-1.900-

Kamis, 18 Agustus 2011

Gadai Emas Syariah Bukopin Diluncurkan 2012

 

1KG-JM-Gold-Bullion-Bars

 

Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Bank Syariah Bukopin Riyanto mengatakan pihaknya baru akan meluncurkan layanan gadai emas pada tahun 2012.

 

"Saat ini kami belum memiliki produk gadai emas, rencananya tahun depan akan dimulai," kata Riyanto, saat acara buka bersama di Jakarta, Senin.

 

Menurut Riyanto, produk gadai emas ini masih dikaji mengenai manajemen resikonya.

Dia juga mengakui bahwa pihaknya dengan bank syariah lainnya yang sudah memiliki produk gadai emas ini.

 

"Setiap bank memiliki strategi berbeda, kami lebih mengutamakan strategi pada pembiayaan UKM," katanya.

 

Riyanto juga mengungkapkan lambatnya produk gadai emas ini juga terkait dengan sumber daya manusia, terutama pada ahli penaksir emas yang belum dimilikinya.

"Penaksir emas yang bagus masih dimiliki oleh Pegadaian, sedangkan di bank masih terbatas," katanya.

 

Riyanto mengungkapkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp1,726 triliun per Juni 2011 atau naik 32,29 persen dibanding Juni 2010.

 

Sedangkan pembiayaan per Juni 2011 mencapai Rp1,312 triliun naik 13,50 persen dibanding Juni 2010.

 

Aset naik 14,73 persen dari Rp1,945 triliun per Juni 2010 menjadi Rp2,231 triliun per Juni 2011.

 

Laba bersih pada Juni 2011 Rp7,010 miliar atau naik 25,6 persen dibanding Juni 2010 Rp5,582 miliar.

 

Rasio Kecukupan modal (CAR) sebesar 17,46 persen, rasio pembiayaan bermasalah (NPF) sebesar 1,61 persen.

 

 

Sumber : http://id.berita.yahoo.com/gadai-emas-syariah-bukopin-diluncurkan-2012-160421487.html

Emas dengan GTI? Mahal sudah pasti, untung masih tanda tanya

0a0f41d380dd52a2a6a0d8d1e5ea1ec6

Tawaran kontrak emas dari Golden Traders Indonesia (GTI) sudah membius minat banyak investor. Iming-iming return bulanan, jaminan buyback, dan harapan terus meroketnya harga emas, meluluhkan hati investor kendati mereka harus membeli emas lebih mahal. Benarkah investasi ini menguntungkan seperti yang dijanjikan?

 

JAKARTA. Seorang perempuan berpenampilan trendi, sebut saja namanya Dewi, terlihat serius mendengarkan paparan agen penjual kontrak emas GTI, di sebuah mal besar di Jakarta Selatan. Setelah hampir setengah jam berdiskusi, raut wajah wanita berusia 40-an tersebut terlihat mulai tertarik untuk membeli produk emas GTI. "Skema pembelian emas ini menarik dan risikonya terbilang rendah," ujar Dewi ke KONTAN, akhir pekan lalu.

 

Dalam skema yang ditawarkan, GTI menjanjikan return tetap sebesar 1,5% hingga 2,5% tergantung pada pilihan tenor kontrak yang dipilih investor. (lihat Harian KONTAN, 15 Agustus 2011). Namun, perlu digarisbawahi, GTI menjual emasnya hingga 30% lebih mahal daripada harga emas di pasar saat ini. Dengan kata lain, investor GTI sejatinya sudah menanggung rugi di depan karena membeli emas lebih mahal.

 

Jafrianto Wiza, Senior Associate GTI, menuturkan, harga emas GTI lebih mahal karena ada kompensasi pemberian return bulanan selama tenor kontrak, dan garansi buyback. Namun, benarkah return bulanan tersebut sepadan dengan kerugian yang sudah ditanggung investor?

 

Mari kita hitung. Untuk kontrak emas 100 gram bertenor enam bulan, investor yang membeli dengan skema GTI harus membayar Rp 62,1 juta. Sedangkan jika membeli emas ukuran sama di Logam Mulia Aneka Tambang, investor membayar Rp 48,82 juta atau lebih murah 27,2%. Ada selisih harga hingga Rp 13,27 juta.

 

Memang, GTI memberikan return selama enam bulan sebesar 2% dari harga beli atau senilai total Rp 7,45 juta. Namun, investor jelas sudah merugi sedikitnya Rp 5,82 juta. Nilai inilah sebenarnya yang dikantongi GTI sebagai keuntungan penjualan. Bahkan boleh dibilang, return tetap senilai Rp 7,45 juta yang diklaim GTI sebagai "keuntungan" membeli emas dengan skema ini, sejatinya berasal dari uang investor sendiri yang sudah membeli emas 27,2% lebih mahal.

 

GTI juga gencar menekankan keunggulan skema berupa buyback jika jatuh tempo kontrak. Namun, sejauh mana garansi ini bisa dipercaya? Jafrianto menegaskan, jaminan ini tertera invoice pembelian emas. "Kami akan buyback dengan harga beli di awal," kata dia.

 

Sayangnya, invoice yang diperlihatkan ke KONTAN, yang tertulis dalam bahasa Inggris, tidak memperlihatkan ada penegasan soal harga buyback ini. Justru ada penjelasan jika harga buyback masih bisa dinegosiasikan lagi. Artinya, harga buyback bisa lebih rendah dari harga beli awal.

 

Selain itu, taruh kata GTI memegang janji dengan membeli kembali emas investor sesuai harga beli, investor toh sudah terlanjur menanggung kerugian sebesar Rp 5,82 juta di depan. Garansi buyback juga otomatis hilang jika GTI mendadak default, ingkar janji, atau kabur. Jika demikian, lantas apa untungnya membeli emas dengan skema ini?

 

Ridwan, salah seorang investor GTI, mengaku mengetahui risiko-risiko ini. Namun, ia tetap membeli emas dengan skema ini hingga lima kilogram, bermodal keyakinan harga emas akan terus naik ke depan. "Selain itu, fisik emas juga saya pegang, jadi kalau ada apa-apa saya bisa menjualnya," kata dia.

Argumen ini pula yang dijual oleh GTI. "Melihat historis, harga emas selalu naik dari tahun ke tahun, tidak pernah turun. Itu bisa dicek," kata Jafrianto.

 

Namun, adakah yang bisa menjamin harga emas bisa terus naik? "Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin itu, peluang penurunan harga juga selalu ada," tandas Leo Hadi Loe, pengamat pasar emas.

 

Harga beli emas GTI dibanderol 27%-30% di atas harga pasar. Jika mau untung, investor harus bisa memastikan harga emas bisa naik setinggi itu selama tenor masa kontrak. Tapi, apakah hal tersebut masuk akal?

Melihat historisnya, kenaikan harga emas batangan dalam enam bulan tidak pernah hingga 27%. Rata-rata kenaikan harga emas batangan hanya mencapai 15%-20% per tahun.

 

Lima tahun terakhir, harga emas berjangka memang naik rata-rata 23% per tahun. Kenaikan sebesar itu juga tidak lepas dari kondisi luar biasa yang menjadi pemicunya. Seperti terjadinya krisis tahun 2007-2008 dan gejolak ekonomi global karena kondisi Amerika Serikat dan Eropa, baru-baru ini. Dus, jika tidak ada kejadian yang luar biasa, kenaikan emas sejatinya moderat saja.

 

Lalu, bagaimana jika tiba-tiba harga emas anjlok? Investor GTI bisa runyam dua kali. Pertama, dia sudah menanggung rugi di muka karena membeli emas lebih mahal. Kedua, turunnya harga emas akan membuat hilang peluang investor menjual emas dengan harga lebih tinggi daripada harga jual GTI. Jika demikian, silakan renungkan kembali slogan GTI yang berbunyi, "Harga Turun Tetap Untung, Harga Naik Makin Untung".

 

Harga emas memang menyilaukan. Posisinya sebagai safe haven utama tak terbantahkan hingga kini. Namun, ada baiknya investor tak gegabah mencari peluang keuntungan dari naik daunnya logam mulia ini. "Wajib bagi kita mempelajari dengan kritis dan seksama untung rugi investasi emas sebelum memutuskan membeli," ujar Leo.

 

Jangan sampai, nafsu mereguk untung besar membuat kita gelap mata. Ujung-ujungnya malah buntung hanya karena kita tergoda janji manis penjual dan tak jeli mencermati tawaran investasi.

 

 

Sumber : http://investasi.kontan.co.id/v2/read/1313472894/75532/Emas-dengan-GTI-Mahal-sudah-pasti-untung-masih-tanda-tanya